MODEL – MODEL EVALUASI
Dalam
mengevaluasi suatu program ada banyak model yang di kemukakan oleh para ahli.
Meskipun antara satu dan yang lainnya berbeda, namun maksud dan tujuannya sama. Model evaluasi menurut Tayib Nafis
adalah model desain evaluasi oleh para pakar dan ahli. Sebagai berikut :
1.
Goal Oriented Evaluation / Model
Tyler
Dalam model
ini, yang menjadi objek pengamatan adalah tujuan dari program yang sudah di
tetapkan jauh sebelum program di mulai. Evaluasi ini di lakukan secara
berkesinambungan untuk mengetahui sejauh mana tujuan tersebut sudah terlaksana
di dalam proses pelaksanaannya. Model ini menggunakan tujuan program sebagai
kriteria untuk menentukan keberhasilan dari program. Evaluator mencoba mengukur
sampai di mana tujuan dari program telah di capai.
2.
Goal Free Evaluation Model (
Michael Schriven )
Menurut
Schriven, dalam pelaksanaan evaluasi program, Evaluator tidak perlu
memperhatikan apa yang menjadi tujuan program, akan tetapi bagaimana bekerjanya
suatu program, dengan cara mengidentifikasi penampilan – penampilan yang
terjadi, baik hal – hal positif maupun yang negatif. Alasannya karena ada
kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap –tiap tujuan khusus. Jika
tujuan – tujuan khusus tercapai artinya terpenuhi dalam penampilan.
Dalam
model ini, evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program,
berfokus pada hasil yang sebenarnya bukan hasil yang di rencanakan, hubungan
evaluator dan peserta di buat seminimal mungkin, dan tujuan yang telah di
rumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan untuk menyempitkan fokus evaluasi.
3.
CIPP Model ( Context, Input,
Process, Product )
Konsep
evaluasi model CIPP pertama kali di tawarkan oleh stufflebeam pada tahun 1965
sebagai hasil dari usahanya dalam mengevaluasi ESEA ( The Elementary and
Secondary education Act ).
Sufflebeam
menawarkan konsep tersebut dengan pandangan bahwa tujuan penting dari sebuah
evaluasi adalah bukan untuk membuktikan sesuatu, akan tetapi adalah untuk
memperbaikinya. Evaluasi model CIPP dapat di terapkan dalam bidang pendidikan,
manajemen, perusahaan dan sebagainya, serta dalam berbagai jenjang, baik
proyek, program maupun institusi.
4.
Model Empat Level Donald L.
Kirkpatrick
Merupakan model evaluasi
pelatihan yang di kembangkan pertama kali oleh Kirkpatrick ( 1959 ) dengan
menggunakan empat level dalam mengkategorikan hasil – hasil pelatihan.
Empat level tersebut dapat
di rinci sebagai berikut :
Ø
Evaluasi Reaksi (
Evaluating Reaction )
Reaksi
dilakukan untuk mengukur tingkat reaksi yang di desain agar mengetahui opini
para peserta pelatihan mengenai program pelatihan
Ø
Evaluasi Pembelajaran (
Evaluating Learning )
Ada
tiga hal yang dapat Instruktur ajarkan dalam program training, yaitu
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Ø
Evaluasi Tingkah Laku (
Evaluating Behavior )
Penilaian
tingkah laku di fokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke
tempat kerja.
Ø
Evaluasi Hasil / Dampak
Program Pelatihan ( Evaluating Result )
Evaluasi
hasil di fokuskan pada hasil akhir ( final Result ) yang terjadi karena peserta
telah mengikuti suatu program.
5.
Model UCLA
Evaluasi
model ini dikembangkan oleh Alkin pada tahun 1969. Alkin mendefinisikan
evaluasi sebagai suatu proses meyakinkan keputusan, memilih informasi yang
tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi.
Lima macam evaluasi yang
dikemukakan Alvin :
Ø
System assessment, yang memberikan
informasi tentang keadaan atau posisi sistem.
Ø
Program Planning, membantu
pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan
program.
Ø
Program implementation,
yang menyiapkan informasi apakah program sudah di perkenalkan kepada kelompok
tertentu.
Ø
Program Improvement, yang
memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi dan bagaimana program
berjalan.
Ø
Program certification, yang
memberikan informasi tentang informasi atau guna program.
6.
Model Formatif vs Sumatif
Model ini di kembangkan
oleh Scriven pada tahun1967. Menurut Scriven evaluasi terhadap program dapat di
bedakan menjadi dua :
Ø
Evaluasi Formatif
Adalah
proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk di jadikan dasar pengambilan
keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas produk atau program instruksional.
Ø
Evaluasi Sumatif
Evaluasi
yang dilaksanakan saat program telah selesai dan bagi kepentingan pihak luar
atau para pengambilan keputusan.
7.
Model Kesesuaian
Menurut
model ini, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk melihat ( congruence ) antara
tujuan dengan hasil belajar yang telah di capai.
8.
Model Pengukuran
Pengukuran
di gunakan untuk menentukan kuantitas suatu
sifat ( attribute ) tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun
peristiwa dalam bentuk unit ukuran tertentu.
9.
Model Yang berorientasi pada
tujuan
Model
evaluasi ini menggunakantujuan pembelajaran umum ( TPU ) dan tujuan
pembelajaran khusus ( TPK ) sebagai criteria untuk menentukan keberhasilan. Tujuan
model ini membantu guru merumuskan tujuan dan menjelaskan hubungan antar tujuan
dengan kegiatan.