KARYA ILMIAH


 CONTOH PROPASAL SKRIPSI
( PENDIDIKAN AGAMA ISLAM )
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Dalam upaya agar manusia dapat menjalankan fungsi kemanusiaannya, maka diperlukan suatu sarana agar fungsi tersebut dapat terlaksana, dan pendidikan adalah salah satunya. Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan ini sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara tersebut, sebab pembangunan ekonomi, social budaya, politik dan pertahanan keamanan pada suatu bangsa atau negara, mutlak memerlukan keikutsertaan upaya pendidikan untuk menstimulir dan menyertai dalam setiap fase dan proses pembangunan.
 Di samping itu membina akhlak juga merupakan bagian yang sangat di utamakan  dalam tujuan Pendidikan Nasional. Sebagaimana tercantum dalam Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Banyaknya tindak kejahatan yang di lakukan oleh para remaja dan seringnya terjadi tawuran antar pelajar diduga sebagai akibat dari tidak berhasilnya Pembinaan
Akhlak dan Budi Pekerti pada anak. Kegagalan pembinaan akhlak akan menimbulkan masalah yang sangat besar bukan saja pada kehidupan bangsa saat ini tetapi juga pada masa yang akan datang.
Kemajuan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perubahan dan perkembangan dalam segala bidang dan menyeluruh di semua lapisan dunia termasuk Negara kita Indonesia. Kemajuan teknologi yang terlihat jelas pengaruhnya bagi masyarakat terutama bagi kalangan remaja adalah teknologi komunikasi, seperti teleivisi, handphone dan internet. Hal ini bukan hanya terjadi dikota-kota besar tetapi dampaknya meluas sampai kepelosok desa, termasuklah di dalamnya Kelurahan Pangkalan Bunut. Perubahan dan perkembangan zaman yang demikian pesat ini, menuntut kita untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara mengikuti perkembangan yang bersifat positif dan mengadakan antisipasi dan filterisasi terhadap dampak negatif yang di timbulkannya. Adapun langkah yang paling baik dan sangat di butuhkan untuk hal tersebut adalah dengan melakukan kegiatan pendidikan yang di mulai dari lingkungan keluarga. Dalam proses perkembangan prilaku anak dalam keluarga sangat di pengaruhi dari pendidikan yang di berikan oleh orang tua.
Sebagaimana Firman Allah SWT :
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ  
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). ( Q.S Lukman : 17 )
Kegiatan pendidikan agama islam dalam keluarga merupakan suatu bentuk pendidikan awal yang di berikan oleh orang tua kepada anak. Dengan demikian untuk menciptakan proses dan hasil pendidikan agama islam dalam keluarga yang tepat di butuhkan formula yang utuh dan menyeluruh dalam arti proses pendidikan harus melibatkan seluruh anggota keluarga. Hal ini tidak akan dapat terwujud jika perbedaan sikap dan prilaku anggota keluarga yang heterogen. Orang tua sebagai pelaksana pendidikan dalam rumah tangga harus memahami dan mengetahui sifat dan prilaku tiap – tiap anggota keluarga agar pendidikan yang di berikan bisa di terima dan mencapai tujuan yang di inginkan.
Sedangkan pendidikan sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan keluarga yang lebih merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan anak) serta pendidikan keterampilan (skills) yang berhubungan dengan kebutuhan anak itu untuk hidup di dalam masyarakat nanti. Sekolah bertanggung jawab atas pelajaran-pelajaran yang lebih diberikan kepada anak-anak yang umumnya keluarga tidak mampu memberikannya. Sedangkan pendidikan etika yang diberikan sekolah merupakan bantuan terhadap pendidikan yang telah dilaksanakan oleh keluarga.
Apabila orang tua mengharapkan seorang anak yang sholeh, berbudi luhur dan bertaqwa serta bermanfaat untuk dirinya, agama dan umatnya maka hendaklah mendidik anak tersebut dengan pendidikan islam yang benar mulai sebelum lahir bahkan sebelum menikah[1].
Kelurahan Pangkalan Bunut adalah salah satu kelurahan yang sudah ada sejak lama di Kabupaten Pelalawan, Propinsi riau.  yang saat ini sedang mendengungkan bahwa Pangkalan Bunut adalah “ Kota Pendidikan “. Hal ini juga sejalan dengan visi Kecamatan Bunut yaitu : “ Mewujudkan Kecamatan Bunut Sebagai Kota Pendidikan Yang Agamis dan Bernuansa Melayu “. Cita – cita yang sangat mulia ini tentunya di sambut baik dan hangat oleh seluruh warga masyarakat yang ada di Kecamatan Bunut.Namun demikian semua itu tidak akan berarti apa – apa jika generasi muda yang merupakan tonggak utama dalam mewujudkan cita – cita itu terdiri dari generasi muda yang kurang cakap dalam ilmu pengetahuan dan teknologinya ( IPTEK ) dan lemah dalam iman dan Taqwanya ( IMTAQ ) serta tidak baik tingkah lakunya.
Untuk mewujudkan cita – cita tersebut maka di adakanlah berbagai macam kegiatan keagamaan dalam rangka menciptakan generasi muda yang berakhlak mulia seperti :
1.      Menyediakan tempat – tempat atau taman pembelajaran Al – Quran.
2.      Membentuk kepengurusan remaja masjid.
3.      Mengadakan perlombaan yang bersifat keagamaan.
4.      Mengadakan peringatan hari – hari besar islam.
5.      Memberlakukan jam malam ( dilarang berkeliaran di luar rumah ) bagi para remaja dan pelajar mulai pukul 22.00 wib.
Namun demikian usaha yang dilakukan oleh orang tua dan masyarakat masih terlihat adanya gejala seperti gejala – gejala berikut ini :
1.      Masih adanya perkelahian antar pelajar dan remaja.
2.      Sebagian anak masih ada yang kurang peduli terhadap berbagai kegiatan  agama dalam lingkungan masyarakat.
3.      Banyaknya anak yang berani melawan orang tuanya.
4.      Masih adanya anak yang berkeliaran pada malam hari.
5.      Masih adanya siswa di sekolah yang melakukan pencurian.
Dengan berdasarkan pada gejala - gejala yang sudah disampaikan di muka, maka penulis ingin mengetahui bagaimana proses pendidikan agama islam yang diberikan oleh orang tua terhadap anak dalam lingkungan keluarga, serta bagaimana pengaruhnya terhadap prilaku anak itu sendiri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “ Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Pengaruhnya Terhadap Prilaku anak Di Kelurahan Pangkalan Bunut “.
B.     Alasan Memilih Judul
Dengan melihat tugas dan tanggung jawab orang tua dalam menciptakan anak yang beriman, bertaqwa, berilmu dan berakhlaq mulia, Maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian ini dengan alasan sebagai berikut :
1.      Pendidikan agama islam dalam keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak sebagai pedoman untuk menjalani kehidupan di lingkungan masyarakat.
2.      Menurut penulis masalah ini sangat menarik untuk diteliti terutama untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan agama islam dalam lingkungan keluarga terhadap prilaku anak di Kelurahan Pangkalan Bunut.
3.      Menurut sepengetahuan penulis masalah ini tidak ada yang meneliti sebelumnya.
4.      Judul tersebut menurut penulis terjangkau, baik dari segi waktu, biaya dan kemampuan.
C.    Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman yang terdapat dalam judul ini, maka peneliti menjelaskan hal – hal sebagai berikut :
1.      Pendidikan Agama islam
Pendidikan islam adalah usaha membina anak sedikit demi sedikit hingga mencapai batas kesempurnaan[2].
Pendidikan islam juga merupakan pendidikan yang ideal, di dalamnya di ajarkan ilmu karena ia mengandung kelezatan kejiwaan, untuk sampai pada hakikat ilmiah dan akhlak yang terpuji [3].
2.      Keluarga
keluarga adalah beberapa orang yang masih mempunyai pertalian darah sebagai suatu kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga [4].
3.      Prilaku
Prilaku atau akhlak secara etimologi ( arti bahasa ) berasal dari kata khalaqa, yang kata asalnya khuluqun, yang berarti : perangai, tabi’at, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak atau prilaku itu berarti perangai, adat, tabi’at, atau system prilaku yang dibuat[5]. Prilaku atau akhlak juga merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan[6].
D.    Permasalahan
1.             Pembeberan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibeberkan bahwa masalah yang berhubungan dengan pendidikan agama islam dan upaya pembinaan prilaku anak adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana Peranan orang tua dalam memberikan pendidikan agama islam dalam keluarga.
2.      Apakah faktor – faktor yang mempengaruhi prilaku anak.
3.      Bagaiman Hubungan kerjasama orang tua dan masyarakat.
4.      Bagaimana Proses pelaksanaan pendidikan agama islam dalam keluarga.
2.             Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang penulis kemukakan, untuk mempermudah dan terarahnya penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan penelitian tentang proses pendidikan agama islam dalam keluarga dan pengaruhnya terhadap tingkah laku anak yang ada di Kelurahan Pangkalan Bunut.
3.             Rumusan masalah
Karena keluarga merupakan tempat pertama kali bagi pertumbuhan anak yang dimana ia mendapatkan pengaruh dari anggota keluarga yang lain :
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana proses kegiatan pendidikan agama islam dalam keluarga.
2.      Apakah penerapan kegiatan pendidikan agama islam dalam lingkungan keluarga ( Variabel X ) mempengaruhi prilaku anak  di Kelurahan Pangkalan Bunut ( Variabel Y ).
E.      Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari rumusan masalah yang ada , maka dapat di ambil kesimpulan bahwa :
1.      Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui bagaimana proses kegiatan pendidikan agama islam oleh dalam keluarga di Kelurahan Pangkalan Bunut.
2.      Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan pendidikan agama islam dalam keluarga.
3.      Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pendidikan agama islam dalam keluarga.
4.      Untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama islam dalam keluarga terhadap prilaku anak.
2.      Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.      Secara teoritis
Penelitian ini akan mengahasilkan suatu pengetahuan tentang pentingnya pendidikan agama islam dalam keluarga. Karena pendidikan dalam keluarga merupakan jenjang pendidikan pertama bagi anak.
2.      Secara praktis
Bagi orang tua, diharapkan dapat dijadikan  bahan informasi dalam menerapkan pendidikan agama islam dalam keluarga.
3.      Bagi penulis, tulisan ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala berfikir.
4.      Sebagai bahan masukan dan informasi bagi masyarakat dan semua pihak yang membutuhkan.
5.      Untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dan tugas guna menyelesaikan studi Strata Satu ( S1 ) atau gelar S.Pd.I di STAI Al – AZHAR Pekanbaru.

F. Kerangka Teori dan Konsep Operasional
1. Kerangka Teori
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses pemberdayaan manusia dengan cara mentranspormasikan nilai – nilai budaya yang keadaannya tidak mesti selalu sama dengan nilai budaya pada masa lampau[7]. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinyayang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat [8]. Kemudian H.M. Arifin mengemukakan bahwa pendidikan adalah “usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal”.
Jadi pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan memberikan bimbingan untuk mempengaruhi jiwa anak didik secara berproses menuju kepada tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuknya manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran islam.
Sedangkan  Agama Islam, Kata  “agama; dalam bahasa Arab disebut “dinun”, dalam bahasa Belanda disebut “religie” dan dalam bahasa Inggris disebut “religion”. Agama islam yaitu peraturan peri kehidupan manusia yang sesuai dengan akal dan pikiran, yang dibawa oleh utusan Allah Ta’ala yang terpilih yaitu junjungan kita Nabi Muhammad SAW [9].
Islam berasal dari kata aslama yang berarti menyerahkan diri kepada Allah, dan dari kata salima yang berarti selamat atau mendapat keselamatan dari Allah [10].
Adapun pengertian agama menurut terminologi adalah “suatu kepercayaan yang dianut oleh manusia dalam usahanya mencari hakekat dari hidupnya dan yang mengajarkan kepadanya tentang hubungannya dengan Tuhan, tentang hakekat dan maksud dari segala sesuatu yang ada”. sedangkan dalam buku “Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam”, sebagian ahi agama mengatakan, bahwa ; “Agama (al-Din) adalah tatanan (undang-undang) Tuhan yang dianugerahkan kepada manusia, melalui lisan salah seorang pilihan dari kalangan mereka sendiri, tanpa diusahakan dan diciptakannya”.
Dalam al-Qur’an kata ad-din mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian sempit dan pengertian luas. Adapun yang dimaksud dengan agama di sini adalah kata ad-din dalam pengertian luas, yaitu aturan-aturan hidup yang lengkap dalam segala aspek kehidupan, yang diciptakan oleh penguasa tertinggi (Allah) dan setiap individu mempunyai wewenang untuk mematuhi atau menolaknya. Kata ad-din dalam pengertian yang luas terdapat dalam firman Allah sebagai berikut.
¨bÎ) šúïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 ÇÊÒÈ  
 Artinya . Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam [11].
Setelah diketahui pengertian pendidikan dan pengertian agama Islam, maka dapatlah dirumuskan pengertian tentang pendidikan agama Islam. Dalam hal ini Hasan Langulung mengemukakan, Pendidikan Agama Islam ialah “Proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam, yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan akhirat”.  Pendidikan islam adalah usaha membina anak sedikit demi sedikit hingga mencapai batas kesempurnaan [12].  Pendidikan islam juga merupakan pendidikan yang ideal, di dalamnya di ajarkan ilmu karena ia mengandung kelezatan kejiwaan, untuk sampai pada hakikat ilmiah dan akhlak yang terpuji [13].
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, dapatlah diambil suatu pengertian bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha yang dilakukan dengan memberikan bimbingan untuk mempengaruhi jiwa anak didik secara berproses menuju kepada tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran Islam.
2 Sumber dan Pedoman Pendidikan Islam
Dasar dan landasan pendidikan islam tersebut di ambil dari ajaran yang lurus dan benar yang bertujuan untuk membentuk kepribadian generasi islam dan berusaha untuk menyelamatkan umat islam dari keterhianaan dan kemunduran. Sumber ajaran islam, yakni Al – Quran dan As – Sunnah [14]. Al – maghribi bin as – Said al – Maghribi mengatakan bahwa Sumber dan pedoman pendidikan islam sebagai berikut:
1.      Al – Quranul Karim
Secara lengkap al-Qur`an didefenisikan sebagai firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad Ibn Abdillah, melalui ruh al-Amin dengan lafal-lafalnya yang berbahasa arab dan maknanya yang benar, agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa ia adalah Rasulullah, dan sebagai undang-undang bagi manusia dan memberi petunjuk kepada mereka, serta menjadi sarana pendekatan dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Dan Ia terhimpun dalam sebuah mushaf, diawali dengan surat al- fatihah dan diakhiri dengan surat al-naas, disampikan kepada kita secara mutawatir baik secara lisan maupun tulisan dari generasi kegenerasi, dan ia terpelihara dari berbagai perubahan atau pergantian.
2.      As – Sunnah an – Nabawiyah
As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan rasul. Yang di maksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yg diketahui oleh Rasulullah SAW dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an yg juga sama berisi pedoman untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspek untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya  atau muslim yg bertaqwa. Untuk itulah rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Maka dari pada itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim dan selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahami termasuk yg berkaitan dengan pendidikan. As-Sunnah juga berfungsi sebagai penjelasan terhadap beberapa pembenaran dan mendesak untuk segara ditampilkan yaitu :
·                     Menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an yg bersifat umum
·                     Sunnah mengkhitmati Al-Qur’an.
3.      Jalan hidup as – Salafush Shalih
4.      Ilmu dan Ulama
5.      Bersanding dengan orang – orang shalih [15].
3. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan budi pekerti merupakan jiwa dari pendidikan islam. Islam telah memberi kesimpulan bahwa pendikan budi pekerti dan akhlak adalah ruh ( jiwa ) pendidikan islam dan mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sebenarnya dari pendidikan. Muhammad ‘Athiyyah Al – Abrasyi menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah :
1.    Mendidik akhlak dan jiwa mereka.
2.    Menanamkan rasa keutamaan.
3.    Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi.
4.    Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran [16].
Menurut Fadlil Aljamali yg dikutip oleh Abdul Halim Soebahar sebagai berikut: Pertama mengenalkan manusia akan peran diantara sesama (makhluk) dan tanggung      jawab pribadinya. Kedua mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawab dalam tata hidup bermasyarakat. Ketiga mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajak mereka utk mengetahui hikmah diciptakan serta memberi kemungkinan utk mengambil manfaat dari alam tersebut. Keempat mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepada-Nya [17].
Imam Al – Ghazali berpendapat, “ sesungguhnya tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa Jalla, bukan pangkat dan bermegah – megahan, dan hendaknya janganlah seorang belajar untuk mencari pangkat, harta, menipu orang – orang bodoh ataupun bermegah – megahan dengan kawan [18]. Sedangkan Q.S Ali Imran 102 menyatakan :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? Ÿwur ¨ûèòqèÿsC žwÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ  
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam [19].
              Dari berbagai pendapat diatas maka di simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai berikut :
  • Untuk membentuk akhlakul karimah.
  • Membantu anak dalam mengembangkan kognisi, afeksi dan psikomotori guna memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai pedoman hidup sekaligus sebagai kontrol terhadap pola fikir, pola laku dan sikap mental.
  • Membantu anak mencapai kesejahteraan lahir batin dangan membentuk mereka menjadi manusia beriman bertaqwa berakhlak mulia memiliki pengetahuan dan keterampilan berkepribadian integratif mandiri dan menyadari sepenuhnya peranan dan tanggung jawab diri di muka bumi ini sebagai abdullah dan khalifatullah.
4.  Keluarga
      a.  Definisi keluarga
Keluarga berasal dari bahasa sansekerta  "kulawarga".  Kata kalu berarti "ras" dan warga yang berarti "anggota". Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).
Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah beberapa orang yang masih mempunyai pertalian darah sebagai suatu kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.

       b.   Tipe-Tipe Keluarga
Friedman (1998) menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti, keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami istri dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi. Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah seperti kakek dan nenek, paman dan bibi (Suprajitno, 2004).
        c.   Peranan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan msyarakat
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
        d.   Tugas keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1.    Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2.    Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3.    Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4.    Sosialisasi antar anggota keluarga.
5.    Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6.    Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7.    Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8.    Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
        e.   Fungsi Keluarga
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah :
1.    Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan   menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
2.    Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3.    Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4.    Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5.    Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6.     Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
7.    Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
8.    Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
9.    Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga[20].
        f. proses pendidikan islam dalam keluarga
Apabila orang tua mengharapkan seorang anak yang sholeh, berbudi luhur dan bertaqwa serta bermanfaat unttuk dirinya, agama dan umatnya maka hendaklah mendidik anak tersebut dengan pendidikan islam yang benar mulai sebelum lahir bahkan sebelum menikah [21].

5.   Prilaku

        a.  Pengertian Perilaku

Prilaku atau akhlak secara etimologi ( arti bahasa ) berasal dari kata khalaqa, yang kata asalnya khuluqun, yang berarti : perangai, tabi’at, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak atau prilaku itu berarti perangai, adat, tabi’at, atau system prilaku yang dibuat [22]. Prilaku atau akhlak juga merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan [23].
perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku.  Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia [24].
perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar [25].
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat di simpulkan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.

        b.    Bentuk prilaku


Zakiah Drajat membagi prilaku menjadi beberapa bagian yaitu :
1.      Prilaku yang berhubungan dengan Allah :
a.       Mentauhidkan Allah
b.      Taqwa
c.       Berdoa
d.      Dzikrullah
e.       Tawakkal

2.      Prilaku dari diri sendiri :
a.       Sabar
b.      Syukur
c.       Tawadhu’
d.      Benar
e.       Iffah ( menahan diri dari melakukan yang terlarang )
f.       Hilmun ( menahan diri dari marah )
g.      Amanah atau jujur
h.      Syaja’ah atau berani karena benar
i.        Qana’ah atau merasa cukup dengan apa yang ada.

3.      Prilaku terhadap keluarga :
a.       Birrul walidain atau berbakti kepada kedua orng tua.
b.      Adil terhadap saudara
c.       Membina dan mendidik keluarga
d.      Memelihara keturunan

4.      Prilaku terhadap masyarakat :
a.       Ukhuwah atau persaudaraan.
b.      Ta’awun atau tolong menolong
c.       Adil
d.      Pemurah.
e.       Penyantun.
f.       Pemaaf.
g.      Menepati janji.
h.      Musyawarah.
i.        Wasiat di dalam kebenaran.

5.      Prilaku terhadap alam :
a.       Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam.
b.      Memanfaatkan alam [26].

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
  • Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
  • Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
c.    Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang
Faktor Genetik atau Faktor Endogen
           Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain:

            a. Jenis Ras
           Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik saling berbeda satu dengan yang lainnya..
            b. Jenis Kelamin
           Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria di sebut maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminim.
            c. Sifat Fisik
           Kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
            d. Sifat Kepribadian
            Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Maramis (1999) adalah : “keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya”
            e. Bakat Pembawaan
           Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenal hal tersebut”. Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan [27].
            f. Intelegensi
Menurut Terman intelegensi adalah : “kemampuan untuk berfikir abstrak” (Sukardi, 1997). Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah : “kemampuan untuk membuat kombinasi” (Notoatmodjo, 1997).
Dari batasan terebut dapat dikatakan bahwa intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal ada individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat.
Prilaku juga dapat di pengaruhi atau di tingkatkan dengan cara [28] :
1.      Dengan melaksanakan ibadah atau ritual khusus.
2.      Dzikir
3.      Tafakur ( merenungkan saat kematian ).
4.      Membiasakan diri untuk melaksanakan kebajikan dan menjauhkan kemungkaran ( memelihara agama ).
5.      Berakhlak sebagaiman akhlak Allah ( mengidentifikasikan diri dengan sifat – sifat allah yang tergambar dalam asmaul husna ).
6.      Berdoa.
Dengan berbagai penjelasan di atas,  maka dapat di simpulkan bahwa prilaku dapat di pengaruhi dan berubah sesuai dengan keadaan dan kondisi fisik yang sedang terjadi pada manusia itu sendiri.
2.Konsep Operasional
Konsep operasional merupakan konsep yang dipergunakan untuk memberikan batasan terhadap konsep dari teoritis, hal ini di operasionalkan secara spesifik supaya dapat memberikan landasan kongkrit untuk melaksanakan penelitian. Kajian ini menekankan pada indicator – indicator sebagai berikut :
1.      Indicator penerapan pendidikan agama islam dalam keluarga :
a.       Anak balita :
1.      Memperdengarkan Azan dan Iqamat saat kelahiran anak
2.      Melakukan  hiwar atau percakapan yang baik dan di pahami oleh anak balita.
3.       Memberikan contoh ketauladanan yang baik
4.      Menerapkan pembiasaan yang baik kepada anak.
5.      Memberikan drill / Latihan
6.      Metode pemberian hadiah atau pujian

b.          Anak – anak ( 6 – 12 Tahun ) :
1.      Memberikan contoh kteauladanan
2.      Menerapakan pembiasaan yang baik seperti sopan santun, mengucapkan salam dan saling menghargai
3.      Memberikan nasehat
4.      Menceritakan  Kisah keteladanan
5.      Memberikan Hukuman
c.         Pada Anak remaja
1.      Memberikan contoh keteladanan misalnya contohkan shalat, mengaji dan ibadah - ibadah atau perbuatan baik lainnya.
2.      Menerapkan metode demonstrasi misalnya mendemonstrasikan langsung seperti; praktek shalat, wudhu, atau praktek penyelenggaraan shalat jenazah.
3.      Memberikan tugas dan nasehat
Indicator prilaku anak yang baik adalah sebagai berikut :
1.      memiliki rasa malu,
2.      sedikit berbuat salah dan banyak berbuat kebaikan,
3.      benar ucapannya ( jujur ),
4.      selalu beramal shalih,
5.      bergaul dengan baik, dan menghormati orang lain,
6.      bersikap sabar, banyak berterima kasih, dan ikhlas,
7.       gemar bersedekah, dan mampu menahan diri,
8.      tidak suka mengutuk dan mencela, memaki dan mengumpat,
9.      tidak mendendam, selalu manis muka dan ceria,
10.  cinta dan benci karena Allah, rela dan marah pun karena Allah.
G.      Metodologi Penelitian
1.      tempat dan waktu penelitian
a.       waktu penelitian
waktu penelitian adalah waktu pelaksanaan penelitian di mulai sejak bulan Januari – Maret 2012.
b.      Tempat Penelitian
            Penelitian ini penulis lakukan di Kelurahan Pangkalan Bunut Kecamatan Bunut Kabupaten Pelalawan.
2.      Subjek dan Objek Penelitian
a.         Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah orang tua dan anak yang ada di Kelurahan Pangkalan Bunut Kecamatan Bunut Kabupaten  Pelalawan.
b.        Objek Penelitian
Sedangkan Objek  penelitian ini adalah penerapan pendidikan agama islam dalam keluarga untuk membina  prilaku anak  di Kelurahan Pangkalan Bunut Kecamatan Bunut Kabupaten Pelalawan.
3. Populasi dan Sampel
1. Populasi
            Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di kelurahan Pangkalan Bunut Kabupaten Pelalawan.
2. Sampel
           Sehubungan dengan populasinya yang terlalu banyak, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel dari beberapa keluarga ( 5 keluarga ) yang ada di kelurahan Pangkalan Bunut  Kabupaten Pelalawan.
            4. Teknik Pengumpulan Data
1. Penentuan alat pengumpul data
          Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis akan tentukan alat-alat  pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
          Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dengan mencatatnya denngan alat observasi tentang hal – hal yang akan diamati atau diteliti [29].  Observasi juga dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan – bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena yang di jadikan objek pengamatan [30].
           Penulis mengadakan observasi atau pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian guna memperoleh gambaran umum tentang situasi dan kondisi sebenarnya di Kelurahan Pangkalan Bunut.
b. wawancara
wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai denngan yang di wawancarai [31].
Dalam hal ini mengadakan wawancara dengan sebagian masyarakat yang ada di kelurahan Pangkalan Bunut.
c. Angket
           Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, sikap, dan faham dalam hubungan kausal [32].
            Dalam penggunaan angket ini peneliti menggunakan angket tertutup yaitu responden memberikan jawaban secara tertulis dengan memilih salah satu alternative jawaban yang dianggap benar sesuai dengan kenyataan, penggunaan angket ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif dan mencakup indicator dari pariabel penelitian, yang menjadi obyek pengumpulan data yang menggunakan angket.
d. Dokumentasi
             Yaitu berupa pencarian data dari dokumen, catatan dan arsip yang sesuai dengan pokok pembahasan, seperti keadaan masyarakat, data pelanggaran peraturan yang di lakukan siswa di sekolah – sekolah yang ada di Kelurahan Pangkalan Bunut.
 2. Penyusunan alat pengumpulan data
            Sebagaimana telah penulis kemukakan diatas bahwa alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Maka alat pengumpulan data tersebut penulis susun sebagai berikut :
a. Observasi
             Masalah yang diangkat dalam teknik observasi ini adalah mengenai kondisi obyektif lapangan penelitian, yaitu kelurahan Pangkalan Bunut .
adapun hal-hal yang di observasi secara terperinci yaitu:
Letak geografis dan keadaan masyarakat di keluarahan Pangkalan Bunut.
 b. Wawancara
            Sebelum melakukan wawancara dengan masyarakat, penulis membuat suatu pedoman wawancara agar wawancara lebih terarah dan mencapai tujuan.
c. Angket
            Angket penulis susun untuk lebih menguatkan data yang telah ada. Angket ini disusun dalam bentuk pertanyaan dengan tiga alternative dari jawaban untuk di jawab oleh responden.
Pertanyaan –pertanyaan angket diarahkan kepada orang tua dan anak  untuk mendapatkan data tentang variable X ( pendidikan agama islam dalam keluarga  ).
Untuk kepentingan ini penulis membuat 20 item pertanyaan yang masing-masing item terdiri dari 3 option jawaban, dengan variasi pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Disebabkan data yang diharapkan adalah data yang bersifat kuantitatif, maka tiap-tiap item pertanyaan diberi skor dengan berdasarkan kepada:
1.  Setiap item mempunyai bobot skor tertinggi 3 ( tiga )
2.  Bila pertanyaan positif skor tiap option secara berturut-turut dari a sampai c adalah 3-1.  Sehingga bila responden memilih option a diberi skor 3 ( tiga ) dan bila menjawab option c di beri skor 1 (satu)
3) Bila pertanyaan negatif: skor tiap option secara berturut-turut dari option a sampai c adalah 1-3. Sehingga bila responden menjawab a diberi skor 1 (satu) dan bila memilih alternatif jawaban c diberi skor 3 ( tiga )
4) Skor tertinggi yang mungkin diperoleh responden adalah 60 sedangkan skor terendah adalah 20.

            5. Tekhnik analisa data
            Adapun analisa data yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif, apabila data sudah terkumpulkan di klasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu data kualitatif yang dinyatakan dalam kata – kata atau kalimat yang di pisahkan menurut kategorinya, sementara data kuantitatif yang berwujud dalam bentuk angka – angka dipersntasekan dan ditafsirkan dengan rumus sebagai berikut :
            P
            Keterangan :
            P  =  Persentase jawaban
            F  =  Frekwensi
            N  =  Number of cases
Penjelasan Persentase   :             76% - 100%           =           Baik sekali
                                                    56% - 75%             =           Baik
                                                    40% - 55%             =           Kurang  baik
                                                    0 % - 39%               =          Tidak baik

       H . Sistematika Penulisan
PENDAHULUAN,    yaitu pembahasan tentang permasalahan yang menjabarkan tentang latar belakang masalah, alasan memilih judul, penegasan istilah, permasalahan ( pembeberan masalah, batasan masalah dan rumusan masalah ), tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konsep operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN





[1]. Al – maghribi bin as – Said al – Maghribi ( 2004 ). Begini Seharusnya mendidik Anak, Jakarta : Darul Haq.
[2]. Suwaid, Muhammad Nur ( 2004 ). Cara Nabi Mendidik Anak ( cet. Ke-1 ).  Jakarta Timur : Al – I’tishom.
[3]. Al – Abrasyi, Muhammad ‘Athiyyah ( 2003 ). Prinsip – Prinsip Dasar Pendidikan Islam (  cet. Ke-1 ). Bandung : CV Pustaka Setia. Hal. 16
[4] . Friedman, ( 1998 )
[5]. Zakiah Drajad dkk ( 1990 ). Pendidikan Agama Islam ( cet. Ke-3 ). Jakarta : Departemen Agama R.I. Hal. 239.
[6]. Palingei Hasyim dkk ( 2005 ). Pendidikan Agama Islam, Pekanbaru : Departemen Pendidikan Nasional, FKIP UNRI. Hal. 6.
[7] . Abuddin Nata ( 2009 ). Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran ( cet. Ke-1 ). Jakarta : Kencana Prenada Media Group. hal. 15
[8] . Oemar Hamalik ( 2004 ). Proses Belajar Mengajar ( cet. Ke-3 ). Jakarta : PT. Bumi Aksara. hal. 79
[9] . S.A. Zainal Abidin ( 2001 ). Kunci Ibadah, Semarang : PT. Karya Toha Putra. Hal. 13
[10] . Zakiah Drajad dkk ( 1990 ). Pendidikan Agama Islam ( cet. Ke-3 ). Jakarta : Departemen Agama R.I. hal. 188
[11] . Al – quran Al – Karim dan terjemahnya, PT. Karya Toha Putra, Semarang, 1999.  ( Q.S. Ali Imran : 19 ).

[12]. Suwaid, Muhammad Nur ( 2004 ). Cara Nabi Mendidik Anak ( cet. Ke-1 ). Jakarta Timur : Al – I’tishom.

[13]. Al – Abrasyi, Muhammad ‘Athiyyah ( 2003 ). Prinsip – Prinsip Dasar Pendidikan Islam (  cet. Ke-1 ). Bandung : CV Pustaka Setia. Hal. 16
[14]. Abuddin Nata ( 2009 ). Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran ( cet. Ke-1 ). Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal. 350.
[15] . Al – maghribi bin as – Said al – Maghribi ( 2004 ). Begini Seharusnya mendidik Anak, Jakarta : Darul Haq. Hal. 177 – 200.
[16]. Al – Abrasyi, Muhammad ‘Athiyyah ( 2003 ). Prinsip – Prinsip Dasar Pendidikan Islam (  cet. Ke-1 ). Bandung : CV Pustaka Setia. Hal. 13
[17]. Abdul Halim Soebahar (2002 : 19-20).
[18]. Al – Abrasyi, Muhammad ‘Athiyyah ( 2003 ). Prinsip – Prinsip Dasar Pendidikan Islam (  cet. Ke-1 ). Bandung : CV Pustaka Setia. Hal. 13.
[19]. Al – quran Al – Karim dan terjemahnya, PT. Karya Toha Putra, Semarang, 1999.
 ( Q.S Ali Imran : 102 ).
[21]. Al – maghribi bin as – Said al – Maghribi ( 2004 ). Begini Seharusnya mendidik Anak, Jakarta : Darul Haq. Hal. 9.
[22]. Zakiah Drajad dkk ( 1990 ). Pendidikan Agama Islam ( cet. Ke-3 ). Jakarta : Departemen Agama R.I. Hal. 239.
[23]. Palingei Hasyim dkk ( 2005 ). Pendidikan Agama Islam, Pekanbaru : Departemen Pendidikan Nasional, FKIP UNRI. Hal. 6.
[25]. (Notoatmodjo 2003: 114).
[26]. Zakiah Drajad dkk ( 1990 ). Pendidikan Agama Islam ( cet. Ke-3 ). Jakarta : Departemen Agama R.I.
[27]. menurut Notoatmodjo (1997) yang mengutip pendapat William B. Micheel (1960)
[28]. Zakiah Drajad dkk ( 1990 ). Pendidikan Agama Islam ( cet. Ke-3 ). Jakarta : Departemen Agama R.I.
[29]. Wina Sanjaya ( 2009 ). Penelitian Tindakan Kelas ( cet. Ke-1 ). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.  Hal. 86
[30] Dan 29. Pupuh Fathurrohman. Sobri Sutikno ( 2007 ). Strategi Belajar Mengajar ( cet. Ke-2 ). Bandung : PT. Refika Aditama. Hal. 86

[32]. Pupuh Fathurrohman. Sobri Sutikno ( 2007 ). Strategi Belajar Mengajar ( cet. Ke-2 ). Bandung : PT. Refika Aditama. Hal.  87

Tidak ada komentar:

Posting Komentar