PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Dalam upaya agar manusia dapat menjalankan fungsi kemanusiaannya, maka
diperlukan suatu sarana agar fungsi tersebut dapat terlaksana, dan pendidikan
adalah salah satunya. Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam
kehidupan, bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan ini sama sekali
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, maupun
dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar
ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara tersebut, sebab pembangunan
ekonomi, social budaya, politik dan pertahanan keamanan pada suatu bangsa atau
negara, mutlak memerlukan keikutsertaan upaya pendidikan untuk menstimulir
dan menyertai dalam setiap fase dan proses pembangunan.
Di samping itu membina akhlak juga merupakan
bagian yang sangat di utamakan dalam
tujuan Pendidikan Nasional. Sebagaimana tercantum dalam Undang – undang No. 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Banyaknya tindak
kejahatan yang di lakukan oleh para remaja dan seringnya terjadi tawuran antar
pelajar diduga sebagai akibat dari tidak berhasilnya Pembinaan
Akhlak dan Budi
Pekerti pada anak. Kegagalan pembinaan akhlak akan menimbulkan masalah yang
sangat besar bukan saja pada kehidupan bangsa saat ini tetapi juga pada masa
yang akan datang.
Kemajuan yang
pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perubahan dan perkembangan
dalam segala bidang dan menyeluruh di semua lapisan dunia termasuk Negara kita
Indonesia. Kemajuan teknologi yang terlihat jelas pengaruhnya bagi masyarakat
terutama bagi kalangan remaja adalah teknologi komunikasi, seperti teleivisi,
handphone dan internet. Hal ini bukan hanya terjadi dikota-kota besar tetapi
dampaknya meluas sampai kepelosok desa, termasuklah di dalamnya Kelurahan
Pangkalan Bunut. Perubahan dan perkembangan zaman yang demikian pesat ini,
menuntut kita untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara mengikuti perkembangan yang
bersifat positif dan mengadakan antisipasi dan filterisasi terhadap dampak
negatif yang di timbulkannya. Adapun langkah yang paling baik dan sangat di
butuhkan untuk hal tersebut adalah dengan melakukan kegiatan pendidikan yang di
mulai dari lingkungan keluarga. Dalam proses perkembangan prilaku anak dalam
keluarga sangat di pengaruhi dari pendidikan yang di berikan oleh orang tua.
Sebagaimana
Firman Allah SWT :
¢Óo_ç6»t ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# ÷É9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). ( Q.S Lukman : 17 )
Kegiatan
pendidikan agama islam dalam keluarga merupakan suatu bentuk pendidikan awal
yang di berikan oleh orang tua kepada anak. Dengan demikian untuk menciptakan
proses dan hasil pendidikan agama islam dalam keluarga yang tepat di butuhkan
formula yang utuh dan menyeluruh dalam arti proses pendidikan harus melibatkan
seluruh anggota keluarga. Hal ini tidak akan dapat terwujud jika perbedaan
sikap dan prilaku anggota keluarga yang heterogen. Orang tua sebagai pelaksana
pendidikan dalam rumah tangga harus memahami dan mengetahui sifat dan prilaku
tiap – tiap anggota keluarga agar pendidikan yang di berikan bisa di terima dan
mencapai tujuan yang di inginkan.
Sedangkan
pendidikan sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan keluarga yang lebih
merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan
anak) serta pendidikan keterampilan (skills) yang berhubungan dengan kebutuhan
anak itu untuk hidup di dalam masyarakat nanti. Sekolah bertanggung jawab atas
pelajaran-pelajaran yang lebih diberikan kepada anak-anak yang umumnya keluarga
tidak mampu memberikannya. Sedangkan pendidikan etika yang diberikan sekolah
merupakan bantuan terhadap pendidikan yang telah dilaksanakan oleh keluarga.
Apabila orang
tua mengharapkan seorang anak yang sholeh, berbudi luhur dan bertaqwa serta
bermanfaat untuk dirinya, agama dan umatnya maka hendaklah mendidik anak
tersebut dengan pendidikan islam yang benar mulai sebelum lahir bahkan sebelum
menikah[1].
Kelurahan
Pangkalan Bunut adalah salah satu kelurahan yang sudah ada sejak lama di
Kabupaten Pelalawan, Propinsi riau. yang
saat ini sedang mendengungkan bahwa Pangkalan Bunut adalah “ Kota Pendidikan “.
Hal ini juga sejalan dengan visi Kecamatan Bunut yaitu : “ Mewujudkan Kecamatan
Bunut Sebagai Kota Pendidikan Yang Agamis dan Bernuansa Melayu “. Cita – cita
yang sangat mulia ini tentunya di sambut baik dan hangat oleh seluruh warga masyarakat
yang ada di Kecamatan Bunut.Namun demikian semua itu tidak akan berarti apa –
apa jika generasi muda yang merupakan tonggak utama dalam mewujudkan cita –
cita itu terdiri dari generasi muda yang kurang cakap dalam ilmu pengetahuan
dan teknologinya ( IPTEK ) dan lemah dalam iman dan Taqwanya ( IMTAQ ) serta
tidak baik tingkah lakunya.
Untuk
mewujudkan cita – cita tersebut maka di adakanlah berbagai macam kegiatan
keagamaan dalam rangka menciptakan generasi muda yang berakhlak mulia seperti :
1.
Menyediakan tempat – tempat atau taman pembelajaran Al
– Quran.
2.
Membentuk kepengurusan remaja masjid.
3.
Mengadakan perlombaan yang bersifat keagamaan.
4.
Mengadakan peringatan hari – hari besar islam.
5.
Memberlakukan jam malam ( dilarang berkeliaran di luar
rumah ) bagi para remaja dan pelajar mulai pukul 22.00 wib.
Namun demikian usaha yang
dilakukan oleh orang tua dan masyarakat masih terlihat adanya gejala seperti
gejala – gejala berikut ini :
1.
Masih adanya perkelahian antar pelajar dan remaja.
2.
Sebagian anak masih ada yang kurang peduli terhadap berbagai
kegiatan agama dalam lingkungan
masyarakat.
3.
Banyaknya anak yang berani melawan orang tuanya.
4.
Masih adanya anak yang berkeliaran pada malam hari.
5.
Masih adanya siswa di sekolah yang melakukan pencurian.
Dengan berdasarkan pada
gejala - gejala yang sudah disampaikan di muka, maka penulis ingin mengetahui
bagaimana proses pendidikan agama islam yang diberikan oleh orang tua terhadap
anak dalam lingkungan keluarga, serta bagaimana pengaruhnya terhadap prilaku
anak itu sendiri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul : “ Pendidikan Agama Islam
Dalam Keluarga dan Pengaruhnya Terhadap Prilaku anak Di Kelurahan Pangkalan
Bunut “.
B.
Alasan
Memilih Judul
Dengan melihat
tugas dan tanggung jawab orang tua dalam menciptakan anak yang beriman,
bertaqwa, berilmu dan berakhlaq mulia, Maka penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian ini dengan alasan sebagai berikut :
1. Pendidikan
agama islam dalam keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak sebagai pedoman
untuk menjalani kehidupan di lingkungan masyarakat.
2. Menurut
penulis masalah ini sangat menarik untuk diteliti terutama untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh pendidikan agama islam dalam lingkungan keluarga terhadap
prilaku anak di Kelurahan Pangkalan Bunut.
3. Menurut
sepengetahuan penulis masalah ini tidak ada yang meneliti sebelumnya.
4. Judul
tersebut menurut penulis terjangkau, baik dari segi waktu, biaya dan kemampuan.
C.
Penjelasan
Istilah
Untuk
menghindari kesalahpahaman yang terdapat dalam judul ini, maka peneliti
menjelaskan hal – hal sebagai berikut :
1. Pendidikan
Agama islam
Pendidikan
islam adalah usaha membina anak sedikit demi sedikit hingga mencapai batas
kesempurnaan[2].
Pendidikan
islam juga merupakan pendidikan yang ideal, di dalamnya di ajarkan ilmu karena
ia mengandung kelezatan kejiwaan, untuk sampai pada hakikat ilmiah dan akhlak
yang terpuji [3].
2. Keluarga
keluarga adalah
beberapa orang yang masih mempunyai pertalian darah sebagai suatu kelompok sosial
yang terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat
ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. Keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan,
emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga [4].
3. Prilaku
Prilaku
atau akhlak secara etimologi ( arti bahasa ) berasal dari kata khalaqa, yang
kata asalnya khuluqun, yang berarti : perangai, tabi’at, adat atau khalqun yang
berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak atau prilaku
itu berarti perangai, adat, tabi’at, atau system prilaku yang dibuat[5].
Prilaku atau akhlak juga merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang
dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan[6].
D.
Permasalahan
1.
Pembeberan
masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat dibeberkan bahwa masalah yang berhubungan
dengan pendidikan agama islam dan upaya pembinaan prilaku anak adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana
Peranan orang tua dalam memberikan pendidikan agama islam dalam keluarga.
2. Apakah
faktor – faktor yang mempengaruhi prilaku anak.
3. Bagaiman
Hubungan kerjasama orang tua dan masyarakat.
4. Bagaimana
Proses pelaksanaan pendidikan agama islam dalam keluarga.
2.
Batasan
Masalah
Mengingat
banyaknya masalah yang penulis kemukakan, untuk mempermudah dan terarahnya
penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan penelitian tentang proses
pendidikan agama islam dalam keluarga dan pengaruhnya terhadap tingkah laku
anak yang ada di Kelurahan Pangkalan Bunut.
3.
Rumusan
masalah
Karena
keluarga merupakan tempat pertama kali bagi pertumbuhan anak yang dimana ia
mendapatkan pengaruh dari anggota keluarga yang lain :
Berdasarkan uraian di atas, penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana
proses kegiatan pendidikan agama islam dalam keluarga.
2. Apakah
penerapan kegiatan pendidikan agama islam dalam lingkungan keluarga ( Variabel
X ) mempengaruhi prilaku anak di
Kelurahan Pangkalan Bunut ( Variabel Y ).
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari
rumusan masalah yang ada , maka dapat di ambil kesimpulan bahwa :
1.
Tujuan
Penelitian
1. Untuk
mengetahui bagaimana proses kegiatan pendidikan agama islam oleh dalam keluarga
di Kelurahan Pangkalan Bunut.
2. Untuk
mengetahui hambatan dalam pelaksanaan pendidikan agama islam dalam keluarga.
3. Untuk
mengetahui cara mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pendidikan agama islam
dalam keluarga.
4. Untuk
mengetahui pengaruh pendidikan agama islam dalam keluarga terhadap prilaku
anak.
2.
Manfaat
penelitian
Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara
teoritis
Penelitian ini akan
mengahasilkan suatu pengetahuan tentang pentingnya pendidikan agama islam dalam
keluarga. Karena pendidikan dalam keluarga merupakan jenjang pendidikan pertama
bagi anak.
2. Secara
praktis
Bagi orang tua,
diharapkan dapat dijadikan bahan
informasi dalam menerapkan pendidikan agama islam dalam keluarga.
3. Bagi
penulis, tulisan ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan memperluas
cakrawala berfikir.
4. Sebagai
bahan masukan dan informasi bagi masyarakat dan semua pihak yang membutuhkan.
5. Untuk
memenuhi sebagian dari persyaratan dan tugas guna menyelesaikan studi Strata
Satu ( S1 ) atau gelar S.Pd.I di STAI Al – AZHAR Pekanbaru.
F.
Kerangka Teori dan Konsep Operasional
1.
Kerangka Teori
1.
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ki Hajar
Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses pemberdayaan manusia
dengan cara mentranspormasikan nilai – nilai budaya yang keadaannya tidak mesti
selalu sama dengan nilai budaya pada masa lampau[7].
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian
akan menimbulkan perubahan dalam dirinyayang memungkinkannya untuk berfungsi
secara kuat dalam kehidupan masyarakat [8].
Kemudian H.M. Arifin mengemukakan bahwa pendidikan adalah “usaha orang dewasa
secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan
dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal”.
Jadi
pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan memberikan bimbingan untuk
mempengaruhi jiwa anak didik secara berproses menuju kepada tujuan yang telah
ditetapkan, yaitu menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga
terbentuknya manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran
islam.
Sedangkan Agama
Islam, Kata “agama; dalam bahasa Arab disebut “dinun”,
dalam bahasa Belanda disebut “religie” dan dalam bahasa Inggris disebut
“religion”. Agama islam yaitu peraturan peri kehidupan manusia yang sesuai
dengan akal dan pikiran, yang dibawa oleh utusan Allah Ta’ala yang terpilih
yaitu junjungan kita Nabi Muhammad SAW [9].
Islam berasal
dari kata aslama yang berarti
menyerahkan diri kepada Allah, dan dari kata salima yang berarti selamat atau mendapat keselamatan dari Allah [10].
Adapun
pengertian agama menurut terminologi adalah “suatu kepercayaan yang dianut oleh
manusia dalam usahanya mencari hakekat dari hidupnya dan yang mengajarkan
kepadanya tentang hubungannya dengan Tuhan, tentang hakekat dan maksud dari
segala sesuatu yang ada”. sedangkan dalam buku “Metodologi Pengajaran
Pendidikan Islam”, sebagian ahi agama mengatakan, bahwa ; “Agama (al-Din) adalah
tatanan (undang-undang) Tuhan yang dianugerahkan kepada manusia, melalui lisan
salah seorang pilihan dari kalangan mereka sendiri, tanpa diusahakan dan diciptakannya”.
Dalam
al-Qur’an kata ad-din mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian sempit dan pengertian
luas. Adapun yang dimaksud dengan agama di sini adalah kata ad-din dalam
pengertian luas, yaitu aturan-aturan hidup yang lengkap dalam segala aspek
kehidupan, yang diciptakan oleh penguasa tertinggi (Allah) dan setiap individu
mempunyai wewenang untuk mematuhi atau menolaknya. Kata ad-din dalam pengertian
yang luas terdapat dalam firman Allah sebagai berikut.
¨bÎ) úïÏe$!$#
yYÏã «!$#
ÞO»n=óM}$# 3
ÇÊÒÈ
Artinya . Sesungguhnya agama (yang diridhai)
disisi Allah hanyalah Islam [11].
Setelah diketahui
pengertian pendidikan dan pengertian agama Islam, maka dapatlah dirumuskan
pengertian tentang pendidikan agama Islam. Dalam hal ini Hasan Langulung
mengemukakan, Pendidikan Agama Islam ialah “Proses penyiapan generasi muda
untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam, yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan akhirat”. Pendidikan islam adalah usaha membina anak
sedikit demi sedikit hingga mencapai batas kesempurnaan [12]. Pendidikan islam juga merupakan pendidikan
yang ideal, di dalamnya di ajarkan ilmu karena ia mengandung kelezatan
kejiwaan, untuk sampai pada hakikat ilmiah dan akhlak yang terpuji [13].
Dari
pendapat-pendapat tersebut di atas, dapatlah diambil suatu pengertian bahwa
pendidikan agama Islam adalah usaha yang dilakukan dengan memberikan bimbingan
untuk mempengaruhi jiwa anak didik secara berproses menuju kepada tujuan yang
telah ditetapkan, yaitu menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran
sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai dengan
ajaran Islam.
2 Sumber dan Pedoman Pendidikan
Islam
Dasar dan
landasan pendidikan islam tersebut di ambil dari ajaran yang lurus dan benar
yang bertujuan untuk membentuk kepribadian generasi islam dan berusaha untuk menyelamatkan
umat islam dari keterhianaan dan kemunduran. Sumber ajaran islam, yakni Al –
Quran dan As – Sunnah [14].
Al – maghribi bin as – Said al – Maghribi mengatakan bahwa Sumber dan pedoman pendidikan
islam sebagai berikut:
1. Al
– Quranul Karim
Secara
lengkap al-Qur`an didefenisikan sebagai firman Allah yang diturunkan kepada
hati Rasulullah, Muhammad Ibn Abdillah, melalui ruh al-Amin dengan
lafal-lafalnya yang berbahasa arab dan maknanya yang benar, agar menjadi hujjah
bagi Rasul bahwa ia adalah Rasulullah, dan sebagai undang-undang bagi
manusia dan memberi petunjuk kepada mereka, serta menjadi sarana pendekatan dan
ibadah kepada Allah dengan membacanya. Dan Ia terhimpun dalam sebuah mushaf,
diawali dengan surat al- fatihah dan diakhiri dengan surat al-naas, disampikan
kepada kita secara mutawatir baik secara lisan maupun tulisan dari generasi
kegenerasi, dan ia terpelihara dari berbagai perubahan atau pergantian.
2. As
– Sunnah an – Nabawiyah
As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan rasul.
Yang di maksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yg
diketahui oleh Rasulullah SAW dan beliau membiarkan saja kejadian atau
perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an
yg juga sama berisi pedoman untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspek
untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yg bertaqwa. Untuk itulah rasul
Allah menjadi guru dan pendidik utama. Maka dari pada itu Sunnah merupakan
landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim dan selalu membuka
kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab mengapa ijtihad perlu
ditingkatkan dalam memahami termasuk yg berkaitan dengan pendidikan. As-Sunnah
juga berfungsi sebagai penjelasan terhadap beberapa pembenaran dan mendesak untuk
segara ditampilkan yaitu :
·
Menerangkan
ayat-ayat Al-Qur’an yg bersifat umum
·
Sunnah
mengkhitmati Al-Qur’an.
3. Jalan
hidup as – Salafush Shalih
4. Ilmu
dan Ulama
5. Bersanding
dengan orang – orang shalih [15].
3. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan budi
pekerti merupakan jiwa dari pendidikan islam. Islam telah memberi kesimpulan
bahwa pendikan budi pekerti dan akhlak adalah ruh ( jiwa ) pendidikan islam dan
mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sebenarnya dari
pendidikan. Muhammad ‘Athiyyah Al – Abrasyi menyatakan bahwa tujuan pendidikan
adalah :
1. Mendidik
akhlak dan jiwa mereka.
2. Menanamkan
rasa keutamaan.
3. Membiasakan
mereka dengan kesopanan yang tinggi.
4.
Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci
seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran [16].
Menurut
Fadlil Aljamali yg dikutip oleh Abdul Halim Soebahar sebagai berikut: Pertama mengenalkan manusia akan
peran diantara sesama (makhluk) dan tanggung jawab pribadinya. Kedua mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan
tanggung jawab dalam tata hidup bermasyarakat. Ketiga mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajak
mereka utk mengetahui hikmah diciptakan serta memberi kemungkinan utk mengambil
manfaat dari alam tersebut. Keempat
mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah
kepada-Nya [17].
Imam Al –
Ghazali berpendapat, “ sesungguhnya tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan
diri kepada Allah ‘azza wa Jalla, bukan pangkat dan bermegah – megahan, dan
hendaknya janganlah seorang belajar untuk mencari pangkat, harta, menipu orang
– orang bodoh ataupun bermegah – megahan dengan kawan [18].
Sedangkan Q.S Ali Imran 102 menyatakan :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä
(#qà)®?$# ©!$#
¨,ym
¾ÏmÏ?$s)è?
wur
¨ûèòqèÿsC wÎ)
NçFRr&ur
tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ
Artinya : Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam [19].
Dari
berbagai pendapat diatas maka di simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Untuk
membentuk akhlakul karimah.
- Membantu
anak dalam mengembangkan kognisi, afeksi dan psikomotori guna memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai pedoman hidup sekaligus
sebagai kontrol terhadap pola fikir, pola laku dan sikap mental.
- Membantu
anak mencapai kesejahteraan lahir batin dangan membentuk mereka menjadi
manusia beriman bertaqwa berakhlak mulia memiliki pengetahuan dan
keterampilan berkepribadian integratif mandiri dan menyadari sepenuhnya
peranan dan tanggung jawab diri di muka bumi ini sebagai abdullah dan
khalifatullah.
4. Keluarga
a. Definisi keluarga
Keluarga berasal dari bahasa sansekerta "kulawarga". Kata kalu berarti "ras" dan warga
yang berarti "anggota". Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat
beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
Keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).
Berdasarkan
defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah beberapa orang
yang masih mempunyai pertalian darah sebagai suatu kelompok sosial yang terdiri
dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan,
kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
b.
Tipe-Tipe Keluarga
Friedman
(1998) menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti, keluarga
orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah menikah,
sebagai orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami istri
dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi. Keluarga orientasi
(keluarga asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah seperti kakek dan nenek, paman dan bibi (Suprajitno,
2004).
c. Peranan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar
pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan msyarakat
Berbagai
peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
Ayah
sebagai suami dari istri
dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan
peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial,
dan spiritual.
d. Tugas keluarga
Pada
dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para
anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang
ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing
anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota
keluarga.
7.
Penempatan
anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat
para anggotanya.
e. Fungsi Keluarga
Fungsi
yang dijalankan keluarga adalah :
1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga
mendidik dan menyekolahkan anak untuk
mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan dilihat dari
bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung
dan merasa aman.
4. Fungsi Perasaan dilihat dari
bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan
anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota
keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak
anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan
yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6.
Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala
keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV
bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
8. Fungsi
Biologis dilihat dari bagaimana keluarga
meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
9. Memberikan kasih sayang,
perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga[20].
f. proses pendidikan islam dalam
keluarga
Apabila orang
tua mengharapkan seorang anak yang sholeh, berbudi luhur dan bertaqwa serta
bermanfaat unttuk dirinya, agama dan umatnya maka hendaklah mendidik anak
tersebut dengan pendidikan islam yang benar mulai sebelum lahir bahkan sebelum
menikah [21].
5.
Prilaku
a.
Pengertian Perilaku
Prilaku atau
akhlak secara etimologi ( arti bahasa ) berasal dari kata khalaqa, yang kata
asalnya khuluqun, yang berarti : perangai, tabi’at, adat atau khalqun yang
berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak atau prilaku
itu berarti perangai, adat, tabi’at, atau system prilaku yang dibuat [22].
Prilaku atau akhlak juga merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang
dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan [23].
perilaku
adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan,
naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus
berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain.
Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang
duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang
berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat
minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia [24].
perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar [25].
Berdasarkan
pendapat di atas maka dapat di simpulkan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan
atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari
sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan,
binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada
hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.
b.
Bentuk prilaku
Zakiah Drajat membagi prilaku menjadi beberapa
bagian yaitu :
1. Prilaku
yang berhubungan dengan Allah :
a. Mentauhidkan
Allah
b. Taqwa
c. Berdoa
d. Dzikrullah
e. Tawakkal
2. Prilaku
dari diri sendiri :
a. Sabar
b. Syukur
c. Tawadhu’
d. Benar
e. Iffah
( menahan diri dari melakukan yang terlarang )
f. Hilmun
( menahan diri dari marah )
g. Amanah
atau jujur
h. Syaja’ah
atau berani karena benar
i.
Qana’ah atau merasa cukup dengan apa
yang ada.
3. Prilaku
terhadap keluarga :
a. Birrul
walidain atau berbakti kepada kedua orng tua.
b. Adil
terhadap saudara
c. Membina
dan mendidik keluarga
d. Memelihara
keturunan
4. Prilaku
terhadap masyarakat :
a. Ukhuwah
atau persaudaraan.
b. Ta’awun
atau tolong menolong
c. Adil
d. Pemurah.
e. Penyantun.
f. Pemaaf.
g. Menepati
janji.
h. Musyawarah.
i.
Wasiat di dalam kebenaran.
5. Prilaku
terhadap alam :
a. Memperhatikan
dan merenungkan penciptaan alam.
b. Memanfaatkan
alam [26].
Dilihat
dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua yaitu :
- Perilaku tertutup adalah respon seseorang
terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara
jelas oleh orang lain.
- Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
c. Faktor – faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Seseorang
Faktor Genetik atau Faktor Endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain:
Faktor Genetik atau Faktor Endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain:
a. Jenis Ras
Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik saling berbeda satu dengan yang lainnya..
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria di sebut maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminim.
c. Sifat Fisik
Kalau kita amati perilaku individu berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
d. Sifat Kepribadian
Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Maramis (1999) adalah : “keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya”
e. Bakat Pembawaan
Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenal hal tersebut”. Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan [27].
f. Intelegensi
Menurut Terman intelegensi adalah : “kemampuan untuk berfikir abstrak” (Sukardi, 1997). Sedangkan Ebbieghous mendefenisikan intelegensi adalah : “kemampuan untuk membuat kombinasi” (Notoatmodjo, 1997).
Dari batasan terebut dapat dikatakan
bahwa intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena
itu, kita kenal ada individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam
mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi
individu yang memiliki intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan
bertindak lambat.
Prilaku juga dapat di pengaruhi atau
di tingkatkan dengan cara [28]
:
1. Dengan melaksanakan ibadah atau
ritual khusus.
2. Dzikir
3. Tafakur ( merenungkan saat kematian
).
4. Membiasakan diri untuk melaksanakan
kebajikan dan menjauhkan kemungkaran ( memelihara agama ).
5. Berakhlak sebagaiman akhlak Allah (
mengidentifikasikan diri dengan sifat – sifat allah yang tergambar dalam asmaul
husna ).
6. Berdoa.
Dengan berbagai penjelasan di
atas, maka dapat di simpulkan bahwa
prilaku dapat di pengaruhi dan berubah sesuai dengan keadaan dan kondisi fisik
yang sedang terjadi pada manusia itu sendiri.
2.Konsep
Operasional
Konsep
operasional merupakan konsep yang dipergunakan untuk memberikan batasan
terhadap konsep dari teoritis, hal ini di operasionalkan secara spesifik supaya
dapat memberikan landasan kongkrit untuk melaksanakan penelitian. Kajian ini
menekankan pada indicator – indicator sebagai berikut :
1.
Indicator
penerapan pendidikan agama islam dalam keluarga :
a. Anak balita :
1. Memperdengarkan
Azan dan Iqamat saat kelahiran anak
2. Melakukan
hiwar atau percakapan yang baik dan di
pahami oleh anak balita.
3. Memberikan contoh ketauladanan yang baik
4. Menerapkan pembiasaan yang baik
kepada anak.
5. Memberikan
drill / Latihan
6.
Metode
pemberian hadiah atau pujian
b.
Anak – anak ( 6 – 12 Tahun ) :
1.
Memberikan
contoh kteauladanan
2.
Menerapakan
pembiasaan yang baik seperti sopan santun, mengucapkan salam dan saling
menghargai
3.
Memberikan
nasehat
4. Menceritakan
Kisah keteladanan
5. Memberikan
Hukuman
c.
Pada Anak remaja
1.
Memberikan
contoh keteladanan misalnya contohkan shalat, mengaji dan ibadah - ibadah atau
perbuatan baik lainnya.
2.
Menerapkan
metode demonstrasi misalnya mendemonstrasikan langsung seperti; praktek shalat,
wudhu, atau praktek penyelenggaraan shalat jenazah.
3.
Memberikan
tugas dan nasehat
Indicator prilaku anak yang baik adalah sebagai berikut :
1.
memiliki rasa malu,
2.
sedikit berbuat salah dan banyak berbuat
kebaikan,
3.
benar ucapannya ( jujur ),
4.
selalu beramal shalih,
5.
bergaul dengan baik, dan menghormati
orang lain,
6.
bersikap sabar, banyak berterima kasih, dan
ikhlas,
7.
gemar bersedekah, dan mampu menahan diri,
8.
tidak suka mengutuk dan mencela, memaki
dan mengumpat,
9.
tidak mendendam, selalu manis muka dan
ceria,
10.
cinta dan benci karena Allah, rela dan
marah pun karena Allah.
G. Metodologi
Penelitian
1.
tempat dan
waktu penelitian
a. waktu
penelitian
waktu
penelitian adalah waktu pelaksanaan penelitian di mulai sejak bulan Januari –
Maret 2012.
b. Tempat
Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di
Kelurahan Pangkalan Bunut Kecamatan Bunut Kabupaten Pelalawan.
2.
Subjek dan
Objek Penelitian
a.
Subjek Penelitian
Adapun subjek
penelitian ini adalah orang tua dan anak yang ada di Kelurahan Pangkalan Bunut Kecamatan
Bunut Kabupaten Pelalawan.
b.
Objek Penelitian
Sedangkan Objek penelitian ini adalah penerapan pendidikan
agama islam dalam keluarga untuk membina prilaku anak di Kelurahan Pangkalan Bunut Kecamatan Bunut
Kabupaten Pelalawan.
3. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di kelurahan Pangkalan Bunut Kabupaten Pelalawan.
2. Sampel
Sehubungan dengan populasinya yang terlalu banyak, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel dari beberapa keluarga ( 5 keluarga ) yang ada di kelurahan Pangkalan Bunut Kabupaten Pelalawan.
4. Teknik Pengumpulan Data
1. Penentuan alat pengumpul data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis akan tentukan alat-alat pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dengan mencatatnya denngan alat observasi tentang hal – hal yang akan diamati atau diteliti [29]. Observasi juga dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan – bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena yang di jadikan objek pengamatan [30].
Penulis mengadakan observasi atau pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian guna memperoleh gambaran umum tentang situasi dan kondisi sebenarnya di Kelurahan Pangkalan Bunut.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di kelurahan Pangkalan Bunut Kabupaten Pelalawan.
2. Sampel
Sehubungan dengan populasinya yang terlalu banyak, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel dari beberapa keluarga ( 5 keluarga ) yang ada di kelurahan Pangkalan Bunut Kabupaten Pelalawan.
4. Teknik Pengumpulan Data
1. Penentuan alat pengumpul data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis akan tentukan alat-alat pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dengan mencatatnya denngan alat observasi tentang hal – hal yang akan diamati atau diteliti [29]. Observasi juga dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan – bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena yang di jadikan objek pengamatan [30].
Penulis mengadakan observasi atau pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian guna memperoleh gambaran umum tentang situasi dan kondisi sebenarnya di Kelurahan Pangkalan Bunut.
b. wawancara
wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai denngan
yang di wawancarai [31].
Dalam hal ini
mengadakan wawancara dengan sebagian masyarakat yang ada di kelurahan Pangkalan
Bunut.
c. Angket
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, sikap, dan faham dalam hubungan kausal [32].
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, sikap, dan faham dalam hubungan kausal [32].
Dalam penggunaan angket ini peneliti
menggunakan angket tertutup yaitu responden memberikan jawaban secara tertulis
dengan memilih salah satu alternative jawaban yang dianggap benar sesuai dengan
kenyataan, penggunaan angket ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
bersifat kuantitatif dan mencakup indicator dari pariabel penelitian, yang
menjadi obyek pengumpulan data yang menggunakan angket.
d. Dokumentasi
Yaitu berupa pencarian data dari dokumen, catatan dan arsip yang sesuai dengan pokok pembahasan, seperti keadaan masyarakat, data pelanggaran peraturan yang di lakukan siswa di sekolah – sekolah yang ada di Kelurahan Pangkalan Bunut.
d. Dokumentasi
Yaitu berupa pencarian data dari dokumen, catatan dan arsip yang sesuai dengan pokok pembahasan, seperti keadaan masyarakat, data pelanggaran peraturan yang di lakukan siswa di sekolah – sekolah yang ada di Kelurahan Pangkalan Bunut.
2. Penyusunan alat pengumpulan data
Sebagaimana telah penulis kemukakan diatas bahwa alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Maka alat pengumpulan data tersebut penulis susun sebagai berikut :
a. Observasi
Masalah yang diangkat dalam teknik observasi ini adalah mengenai kondisi obyektif lapangan penelitian, yaitu kelurahan Pangkalan Bunut .
Sebagaimana telah penulis kemukakan diatas bahwa alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Maka alat pengumpulan data tersebut penulis susun sebagai berikut :
a. Observasi
Masalah yang diangkat dalam teknik observasi ini adalah mengenai kondisi obyektif lapangan penelitian, yaitu kelurahan Pangkalan Bunut .
adapun hal-hal
yang di observasi secara terperinci yaitu:
Letak geografis dan keadaan masyarakat di keluarahan Pangkalan Bunut.
Letak geografis dan keadaan masyarakat di keluarahan Pangkalan Bunut.
b. Wawancara
Sebelum melakukan wawancara dengan masyarakat, penulis membuat suatu pedoman wawancara agar wawancara lebih terarah dan mencapai tujuan.
c. Angket
Angket penulis susun untuk lebih menguatkan data yang telah ada. Angket ini disusun dalam bentuk pertanyaan dengan tiga alternative dari jawaban untuk di jawab oleh responden.
Pertanyaan –pertanyaan angket diarahkan kepada orang tua dan anak untuk mendapatkan data tentang variable X ( pendidikan agama islam dalam keluarga ).
Sebelum melakukan wawancara dengan masyarakat, penulis membuat suatu pedoman wawancara agar wawancara lebih terarah dan mencapai tujuan.
c. Angket
Angket penulis susun untuk lebih menguatkan data yang telah ada. Angket ini disusun dalam bentuk pertanyaan dengan tiga alternative dari jawaban untuk di jawab oleh responden.
Pertanyaan –pertanyaan angket diarahkan kepada orang tua dan anak untuk mendapatkan data tentang variable X ( pendidikan agama islam dalam keluarga ).
Untuk kepentingan ini penulis
membuat 20 item pertanyaan yang masing-masing item terdiri dari 3 option
jawaban, dengan variasi pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Disebabkan
data yang diharapkan adalah data yang bersifat kuantitatif, maka tiap-tiap item
pertanyaan diberi skor dengan berdasarkan kepada:
1. Setiap item mempunyai bobot skor tertinggi 3 ( tiga )
2. Bila pertanyaan positif skor tiap option secara berturut-turut dari a sampai c adalah 3-1. Sehingga bila responden memilih option a diberi skor 3 ( tiga ) dan bila menjawab option c di beri skor 1 (satu)
3) Bila pertanyaan negatif: skor tiap option secara berturut-turut dari option a sampai c adalah 1-3. Sehingga bila responden menjawab a diberi skor 1 (satu) dan bila memilih alternatif jawaban c diberi skor 3 ( tiga )
1. Setiap item mempunyai bobot skor tertinggi 3 ( tiga )
2. Bila pertanyaan positif skor tiap option secara berturut-turut dari a sampai c adalah 3-1. Sehingga bila responden memilih option a diberi skor 3 ( tiga ) dan bila menjawab option c di beri skor 1 (satu)
3) Bila pertanyaan negatif: skor tiap option secara berturut-turut dari option a sampai c adalah 1-3. Sehingga bila responden menjawab a diberi skor 1 (satu) dan bila memilih alternatif jawaban c diberi skor 3 ( tiga )
4) Skor tertinggi yang mungkin
diperoleh responden adalah 60 sedangkan skor terendah adalah 20.
5.
Tekhnik analisa data
Adapun analisa data yang di
pergunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif, apabila data sudah
terkumpulkan di klasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu data kualitatif yang
dinyatakan dalam kata – kata atau kalimat yang di pisahkan menurut kategorinya,
sementara data kuantitatif yang berwujud dalam bentuk angka – angka
dipersntasekan dan ditafsirkan dengan rumus sebagai berikut :
P
Keterangan :
P
= Persentase jawaban
F
= Frekwensi
N
= Number of cases
Penjelasan Persentase
: 76%
- 100% = Baik sekali
56%
- 75% = Baik
40%
- 55% = Kurang baik
0
% - 39% = Tidak baik
H . Sistematika Penulisan
PENDAHULUAN, yaitu pembahasan tentang permasalahan
yang menjabarkan tentang latar belakang masalah, alasan memilih judul,
penegasan istilah, permasalahan ( pembeberan masalah, batasan masalah dan
rumusan masalah ), tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konsep
operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
[1]. Al – maghribi bin as –
Said al – Maghribi ( 2004 ). Begini
Seharusnya mendidik Anak, Jakarta : Darul Haq.
[2]. Suwaid, Muhammad Nur (
2004 ). Cara Nabi Mendidik Anak (
cet. Ke-1 ). Jakarta Timur : Al –
I’tishom.
[3]. Al – Abrasyi, Muhammad
‘Athiyyah ( 2003 ). Prinsip – Prinsip
Dasar Pendidikan Islam ( cet. Ke-1
). Bandung : CV Pustaka Setia. Hal. 16
[5]. Zakiah Drajad dkk (
1990 ). Pendidikan Agama Islam ( cet.
Ke-3 ). Jakarta : Departemen Agama R.I. Hal. 239.
[6]. Palingei
Hasyim dkk ( 2005 ). Pendidikan Agama
Islam, Pekanbaru : Departemen Pendidikan Nasional, FKIP UNRI. Hal. 6.
[7] . Abuddin Nata ( 2009 ). Perspektif Islam Tentang Strategi
Pembelajaran ( cet. Ke-1 ). Jakarta : Kencana Prenada Media Group. hal. 15
[8] . Oemar Hamalik ( 2004 ).
Proses Belajar Mengajar ( cet. Ke-3
). Jakarta : PT. Bumi Aksara. hal. 79
[10] . Zakiah Drajad dkk (
1990 ). Pendidikan Agama Islam ( cet.
Ke-3 ). Jakarta : Departemen Agama R.I. hal. 188
[11] . Al
– quran Al – Karim dan terjemahnya, PT. Karya Toha Putra,
Semarang, 1999. (
Q.S. Ali Imran : 19 ).
[12]. Suwaid, Muhammad Nur (
2004 ). Cara Nabi Mendidik Anak (
cet. Ke-1 ). Jakarta Timur : Al – I’tishom.
[13]. Al – Abrasyi, Muhammad
‘Athiyyah ( 2003 ). Prinsip – Prinsip
Dasar Pendidikan Islam ( cet. Ke-1
). Bandung : CV Pustaka Setia. Hal. 16
[14].
Abuddin Nata ( 2009 ). Perspektif Islam
Tentang Strategi Pembelajaran ( cet. Ke-1 ). Jakarta : Kencana Prenada
Media Group. Hal. 350.
[15] . Al – maghribi bin as –
Said al – Maghribi ( 2004 ). Begini
Seharusnya mendidik Anak, Jakarta : Darul Haq. Hal. 177 – 200.
[16]. Al – Abrasyi, Muhammad
‘Athiyyah ( 2003 ). Prinsip – Prinsip
Dasar Pendidikan Islam ( cet. Ke-1
). Bandung : CV Pustaka Setia. Hal. 13
[17]. Abdul Halim Soebahar (2002 : 19-20).
[18]. Al – Abrasyi, Muhammad
‘Athiyyah ( 2003 ). Prinsip – Prinsip
Dasar Pendidikan Islam ( cet. Ke-1
). Bandung : CV Pustaka Setia. Hal. 13.
( Q.S Ali Imran : 102 ).
[21]. Al – maghribi bin as –
Said al – Maghribi ( 2004 ). Begini
Seharusnya mendidik Anak, Jakarta : Darul Haq. Hal. 9.
[22]. Zakiah Drajad dkk (
1990 ). Pendidikan Agama Islam ( cet.
Ke-3 ). Jakarta : Departemen Agama R.I. Hal. 239.
[23]. Palingei Hasyim dkk (
2005 ). Pendidikan Agama Islam,
Pekanbaru : Departemen Pendidikan Nasional, FKIP UNRI. Hal. 6.
[25]. (Notoatmodjo 2003: 114).
[26]. Zakiah Drajad dkk (
1990 ). Pendidikan Agama Islam ( cet.
Ke-3 ). Jakarta : Departemen Agama R.I.
[28]. Zakiah Drajad dkk (
1990 ). Pendidikan Agama Islam ( cet.
Ke-3 ). Jakarta : Departemen Agama R.I.
[29].
Wina Sanjaya ( 2009 ). Penelitian
Tindakan Kelas ( cet. Ke-1 ). Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal. 86
[30] Dan 29. Pupuh Fathurrohman. Sobri Sutikno ( 2007
). Strategi Belajar Mengajar ( cet.
Ke-2 ). Bandung : PT. Refika Aditama. Hal.
86
[32]. Pupuh Fathurrohman.
Sobri Sutikno ( 2007 ). Strategi Belajar
Mengajar ( cet. Ke-2 ). Bandung : PT. Refika Aditama. Hal. 87
Tidak ada komentar:
Posting Komentar